GardaMETRO.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kondisi ekonomi dunia yang terkontraksi dalam pada 2020 akibat pandemi virus corona merupakan yang terburuk dalam 150 tahun terakhir. Kontraksi ini dirasakan oleh hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.
"170 negara mengalami kontraksi ekonomi pada 2020 dan ini adalah kondisi terburuk dalam 150 tahun terakhir, itu dari studi Bank Dunia," ujar Ani, sapaan akrabnya di acara diskusi yang diselenggarakan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Selasa (6/4).
Bahkan, dampak pandemi covid-19 juga tidak bisa menyelamatkan negara-negara berekonomi besar seperti yang tergabung dalam forum G20 dengan rata-rata kontraksi mencapai minus 2,07 persen pada 2020.
Berdasarkan negara, ekonomi Prancis misalnya, minus 9 persen, Italia minus 9,2 persen, Inggris minus 10 persen, dan lainnya. Begitu pula dengan Brasil minus 4,5 persen, India minus 8 persen, dan Meksiko minus 8,5 persen.
Hal yang sama juga dialami oleh negara-negara tetangga di Asia Tenggara, seperti ekonomi Malaysia yang minus 5,8 persen, Singapura minus 6 persen, Thailand minus 6,6 persen, Filipina minus 9,6 persen, meski Vietnam berhasil tumbuh positif sendiri.
Sementara bila dibandingkan dengan negara-negara Islam, mereka juga merasakan dampaknya. Ekonomi Iran minus 1,5 persen, Qatar minus 4,5 persen, Uni Emirat Arab minus 6,6 persen, Kuwait minus 8 persen, dan Irak minus 12 persen.
"Indonesia pada 2020 kontraksi ekonomi negatif 2,07 persen dengan kontraksi terdalam pada kuartal II 2020 minus 5,4 persen, ini adalah kontraksi terdalam sejak terjadinya krisis keuangan yang dialami Indonesia pada 1997-1998," tuturnya.
Kendati begitu, Ani meminta seluruh kementerian dan lembaga tetap terus berupaya menjaga dan memulihkan ekonomi Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai kebijakan, baik secara konvensional maupun syariah.
Khusus untuk kebijakan ekonomi syariah, mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu menilai, sebenarnya ada beberapa prinsip ekonomi syariah yang sejalan dengan harapan pemulihan ekonomi. Misalnya, dengan azas kejujuran keadilan, transparansi, tata kelola yang baik, dan lainnnya.
"Jadi ikhtiar yang luar biasa, namun keimanannya percaya, maka pasti akan ada jalan," pungkasnya.(rls)
Sumber CNNIndonesia
Komentar Anda :