Membangun Potensi Unggulan Daerah Dengan Sistem Tanam, Petik Olah Jual
Selasa, 04-05-2021 - 11:52:02 WIB
GardaMetro.com, Boven Digoel - Karet merupakan salah satu komoditif perkebunan di Provinsi Papua. Tanaman ini sudah dikenal di Provinsi Papua sejak zaman pemerintahan Belanda. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda, maka pada tahun 1960 tanaman karet mulai dikembangkan di daerah Mindiptana dan sekitarnya dengan jenis tanaman karet yang berasal dari Brasil (Hevea braziliensis).
Tanaman karet dianggap paling tepat dalam pengembangannya maupun dari aspek pemberdayaan masyarakat, seperti yang diutarakan oleh salah seorang Misionaris Belanda, Pastor Cornelis JJ de RooijI, bahwa, ”Ada empat alasan kenapa karet cocok untuk Papua, yaitu sesuai dengan kondisi tanah Papua, tidak perlu pupuk, tidak ada hama, dan sepanjang tahun masyarakat bisa memetik hasilnya,”.
Pengembangan yang dilakukan oleh Gereja Katolik ini sementara masih melihat dari aspek pemberdayaan, tanaman karet bisa membantu masyarakat asli Papua dari keterbelakangan dan kemiskinan.
Pengembangan tanaman karet di daerah Muyu, Mandobo dan Jair sudah dimulai sejak tahun 1971 oleh Pastor Josep Nuy, MSC, dengan memperkenalkan cara menanam, teknik pemeliharaan, penyadapan dan pemanfaatan getah karet. Bentuk lain juga yang dilakukan oleh para misionaris pada saat itu adalah dengan membuka kebun karet seluas 2,5 hektar, setelah itu dilakukan pelatihan penyadapan kepada masyarakat serta mendatangkan orang Jawa dan mendirikan rumah sadap.
Namun upaya tersebut mengalami kendala, yakni pada tahun 1980 penyadapan karet terhenti. Tetapi upaya pengambangan tanaman karet secara swakelolah oleh masyarakat terus dilakukan, baik secara kelompok maupun secara individu.
Upaya pengembangan lahan karet terus di dorong oleh Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel berdasarkan Data Potensi Perkembangan Perkebunan Kabupaten Boven Digoel Periode 2011-2015 yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel tahun 2016, luas perkebunan karet rakyat mencapai 3.817,56 hektar. Perkebunan karet rakyat ini tersebar di 14 distrik dengan jumlah petani sebanyak 6000 KK (kepala keluarga), total produksi karet lembaran mencapai 8.241 ton. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada peningkataan lahan tanaman karet berbarengan dengan peningkataan hasil produksi getah karet (lateks).
Sisi lain juga masih ada beberapa faktor yang menjadi kendala yang menyebabkan rendahnya sumbangan komoditi Karet dalam pembangunan sektor pertanian antara lain; usia tanaman karet di atas 50 tahun, harga satuan getah karet kering (RSS) maupun maupun getah karet beku (cup lamp) tidak tetap atau fluktuaktif. Juga ketersedian lahan belum maksimal karena terkendala status tanah.
Potensi karet tersebut akan menjadi produk unggulan daerah untuk menggerakan sektor ekonomi masyarakat di kampung-kampung. Maka perlu komitmen pemerintah daerah dengan mendorong program-program strategis yang langsung dapat menyentu masyarakat. Tanam, Petik Olah dan Jual adalah alternatif program yang ditawarkan oleh MARIS, dengan sasaran yakni pada masyarakat di kampung-kampung. Tentu langka strategis ini dilakukan dalam rangka memangkas “budaya proposal” yang selama ini terjadi di kabupaten Boven Digoel, dan mengembalikan cintra “budaya menanam” masyarakat Boven Digoel yang hampir tergerus oleh budaya proposal. Jangan Tanya kerjaku, tapi lihat karyaku.*{Pah}
Komentar Anda :